
Jakarta – Pergantian warna cat pada pesawat Kepresidenan Republik Indonesia yang kini didominasi warna putih menuai beragam respons dari publik dan politisi. Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin, menyatakan pandangannya bahwa perubahan tampilan pesawat tersebut merupakan hal yang wajar dan dinilai tidak membutuhkan biaya yang mahal.
Pesawat Kepresidenan yang menjadi sorotan adalah Boeing Business Jet 2 (BBJ2) yang telah digunakan sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Setelah sebelumnya tampil dengan dominasi warna merah dan putih di era Presiden Joko Widodo, pesawat tersebut kini terlihat dengan livery baru yang didominasi warna putih dengan aksen garis merah, sejalan dengan salah satu pesawat pribadi yang kerap digunakan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
TB Hasanuddin, seorang legislator senior dari PDIP, berpendapat bahwa tidak ada masalah dengan perubahan warna pesawat Kepresidenan. Menurutnya, penentuan warna pesawat, sama seperti mobil kepresidenan, merupakan kewenangan pengguna dalam hal ini Presiden.
“Ini ya pesawat kepresidenan, mobil kepresidenan, itu ya tidak ada aturan yang baku soal warnanya. Warna apa ya terserah kepada penggunanya, dalam hal ini Bapak Presiden begitu. Jadi ya bebas, silakan saja ya begitu,” ungkap TB Hasanuddin.
Ia juga menambahkan bahwa tampilan pesawat Kepresidenan sudah bertahun-tahun tidak berganti, sehingga wajar jika kini dilakukan pengecatan ulang. TB Hasanuddin menganggap program pengecatan ulang ini bukan sesuatu yang dilakukan secara mendadak (ujug-ujug), tetapi kemungkinan sudah diproyeksikan dalam program pemeliharaan rutin pesawat.
“Menurut hemat saya ya, menurut hemat saya, itu kan menjadi program yang sudah waktunya dilaksanakan. Jadi bukan yang kemudian ujug-ujug karena sudah lebih dari lima tahun itu ya, gitu. Bukan ujug-ujug,” sambungnya.
Salah satu poin yang menjadi perdebatan publik terkait perubahan warna pesawat Kepresidenan adalah masalah biaya yang dikeluarkan, terutama di tengah seruan efisiensi anggaran oleh pemerintah. Menanggapi hal ini, TB Hasanuddin berpandangan bahwa biaya pengecatan pesawat Kepresidenan relatif tidak mahal. Meskipun ia tidak menyebutkan angka spesifik, data dari pengubahan warna sebelumnya di era Presiden Jokowi pada tahun 2021 diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 2,1 miliar.
Dalam pandangan TB Hasanuddin dan beberapa pihak lainnya, biaya untuk perawatan dan pemeliharaan pesawat Kepresidenan, termasuk pengecatan ulang, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari operasional demi keamanan dan keselamatan penerbangan VVIP. Pesawat Kepresidenan tidak boleh terkena dampak kebijakan efisiensi jika itu berpotensi mengganggu aspek keamanan.
Sejarah pesawat Kepresidenan RI mencatat beberapa kali perubahan tampilan warna. Pada era SBY, pesawat BBJ2 pertama kali tampil dengan warna biru langit berpadu putih. Kemudian di era Jokowi, warnanya diubah menjadi dominasi merah putih penuh. Kini di era Prabowo, kembali berubah dengan dominasi warna putih. Setiap perubahan warna ini seringkali memicu diskusi publik mengenai relevansi, biaya, dan makna di baliknya.
Terlepas dari diskusi mengenai biaya, TB Hasanuddin menekankan bahwa perubahan warna pesawat Kepresidenan merupakan hal yang lumrah dalam siklus pemeliharaan. Selama desain baru tetap mengusung simbol-simbol kenegaraan, seperti warna merah putih, maka hal itu dinilai tidak menjadi persoalan mendasar.
Pendapat TB Hasanuddin ini mencerminkan pandangan dari sebagian politisi PDIP yang melihat perubahan tampilan pesawat Kepresidenan sebagai hal teknis dan wajar dalam konteks pemeliharaan aset negara, serta menyerahkan keputusan terkait warna pesawat kepada Presiden selaku pengguna.